Selasa, 19 April 2011

MENJADI MUSLIM YANG BERIMAN DAN BERTAQWA SERTA BERAKHLAKUL KARIMAH (Ujang Abdurrahman)

(Ditulis pada hari : Sabtu, 16 April 2011)

Kehidupan di dunia ini adalah nyata tetapi fana, segala sesuatu yang ada di dunia ini akan hilang, musnah, rusak dan mati kecuali amaliah kita semasa hidup di dalamnya yang akan diminta pertanggunjawabannya oleh Dzat Yang Maha Adil Alloh Swt di yaumil hisab kelak

Merupakan sebuah fenomena nyata dalam kehidupan di dunia ini ketika seseorang ditanya apakah kamu sudah beriman atau belum, maka dengan yakin dia menjawab ya! saya sudah beriman, tetapi ketika ditanya apakah kamu sudah bertaqwa atau belum, maka dia pun gugup dan ragu kemudian bertanya pada dirinya sendiri apakah saya sudah bertaqwa atau belum. Ketidakyakinan ini adalah akibat dari ketidak konsekuenan kita sebagai seorang muslim yang mengaku diri sudah beriman untuk menjalankan perintah Allah Swt serta menjauhi larangan-Nya.


Ternyata tampak jelas di hadapan kita seorang muslim yang sudah mengaku beriman tapi perilaku dan akhlaknya tidak mencerminkan keislaman dan keimanannya.

Tidakkah kita menyaksikan seorang muslim yang mengaku sudah beriman, di dalam kemiskinannya dia meninggalkan shalat, malas bekerja atau mencari uang dengan cara yang haram.

Tidakkah kita menyaksikan seorang muslim yang mengaku sudah beriman, di dalam kekayaannya dia kikir dan tidak mau mengeluarkan sedekah. Dia terlena dengan hartanya dan lebih mengedepankan kepentingan duniawinya.

Tidakkah kita menyaksikan seorang muslim yang mengaku sudah beriman, di dalam kejahilannya dia sombong dan merasa pintar. Dia tidak mau mendengarkan nasihat orang lain dan dia beramal tanpa dengan ilmu.

Tidakkah kita menyaksikan seorang muslim yang mengaku sudah beriman, di dalam ke’alimannya dia tidak beramal dengan ilmunya. Dia hanya pandai mengajari dan menasihati orang lain akan tetapi dia sengaja dibuat lupa oleh Syetan dan hawa nafsunya jika dirinya belum melaksanakannya, laksana lilin yang memberikan cahaya ke sekitarnya tapi dia meleleh habis dimakan api.

Tidakkah kita menyaksikan seorang muslim yang mengaku sudah beriman, di dalam kedudukannya sebagai seorang murid dia sok tahu dan melecehkan gurunya, menyakiti perasaanya dan selalu membangkang atas perintahnya.

Tidakkah kita menyaksikan seorang muslim yang mengaku sudah beriman, di dalam kedudukannya sebagai seorang guru dia merasa hebat, tidak mau berguru lagi kepada orang lain dan tidak bersabar dalam mendidik muridnya.

Tidakkah kita menyaksikan seorang muslim yang mengaku sudah beriman, di dalam kedudukannya sebagai bawahan dia tidak menghormati sikap bijak pimpinannya, dia tidak mengikuti petunjuk dan arahan baik pimpinannya serta dia bekerja semaunya.

Tidakkah kita menyaksikan seorang muslim yang mengaku sudah beriman, di dalam kedudukannya sebagai pemimpin dia merasa tinggi hati, merendahkan orang lain, egois dan mau menang sendiri.

Tentunya masih banyak fenomena lain yang kita saksikan dalam kehidupan dunia ini.

Sekarang pertanyaannya, mau sampai kapan seperti ini ? sedangkan kita ingin menjadi seorang muslim sejati, beriman dan bertaqwa sehingga akan berbuah dalam kepribadian kita akhlakul karimah dan menggapai ridho Allah Swt di dunia dan akhirat.

Bersyukurlah kita …
Apabila kita sebagai orang miskin, maka tingkatkanlah pengabdian kita kepada Allah Swt dengan menunaikan kewajiban kita. Sungguh beruntung bagi kita yang miskin tidak akan memiliki banyak rasa takut akan hilangnya harta benda dan barang-barang berharga sebab kekayaan kita.

Apabila kita sebagai orang kaya, maka tingkatkanlah pengabdian kita kepada Allah Swt dengan memperbanyak sedekah. Sungguh beruntung bagi kita memiliki keluasan harta sehingga tidak banyak memikirkan kekurangan sandang, pangan dan papan untuk hari esok.

Apabila kita sebagai orang jahil (bodoh), maka tingkatkanlah pengabdian kita kepada Allah Swt dengan memperbanyak menuntut ilmu, mendengarkan nasihat baik dan beramal dengan tulus ikhlas karena Allah Swt. Sungguh bagi orang bodoh yang mau belajar baginya jika terjatuh ke dalam dosa dalam kebodohannya maka hanya satu dosa yang dicatat.

Apabila kita sebagai seorang ‘alim (berilmu), maka tingkatkanlah pengabdian kita kepada Allah Swt dengan mengajarkan dan mengamalkan ilmu pemberian Allah tersebut. Sungguh ilmu yang sedikit lebih bisa dipertanggung jawabkan di hadapan Allah Swt jika diamalkan dengan baik dan sungguh ilmu yang banyak akan sia-sia dan menjadi beban yang berat di akhirat jika tidak diamalkannya.

Apabila kita sebagai seorang murid, maka tingkatkanlah pengabdian kita kepada Allah Swt dengan hormat dan ta’at kepada guru yang sudah mengajarkan kepada kita ilmu kebaikan dunia dan akhirat. Sungguh tanpa seorang guru kita akan tenggelam dalam lautan kebodohan dan akan hidup sebagai orang yang tidak berguna, tidak berkembang dan tidak maju.

Apabila kita sebagai seorang guru, maka tingkatkanlah pengabdian kita kepada Allah Swt dengan senantiasa berniat ikhlas, bersabar dan bersikap lemah lembut dalam mendidik murid. Sungguh hati seorang murid akan merasakan sakit apabila seorang guru melontarkan kata-kata kasar dan memarahinya atas sikap dan perilakunya.

Apabila kita sebagai seorang bawahan, maka tingkatkanlah pengabdian kita kepada Allah Swt dengan bekerja giat dan melaksanakan tugas dengan sebaik-baiknya. Ta’atilah perintah-perintah pimpinan kita selama perintah itu tidak melanggar perintah Allah Swt. Bersikaplah rendah hati di hadapan pimpinan kita karena tujuan menghormatinya, dan sampaikanlah gagasan-gagasan baik dalam membantu program-program kepemimpinannya. Apabila kita tidak suka dengan sikap kasar dan sikap buruk lainnya dari pimpinan kita maka lebih baik kita diam dan tidak menunjukkan perasaan itu di hadapannya.

Apabila kita sebagai seorang pimpinan, maka tingkatkanlah pengabdian kita kepada Allah Swt dengan bersikap toleran, bijaksana, tegas dan jelas dalam memberikan intruksi yang baik. Sangat penting bagi kita sebagai pemimpin untuk memiliki keterbukaan dalam menjalankan program-program dan menangani masalah-masalah yang terjadi. Berikanlah contoh dan tauladan yang baik sebagai seorang pemimpin karena hal itu akan menjadi kewibawaan dan kharisma bagi kita. Jangahn pernah menyalahkan bawahan dengan mengklaim akan tetapi berikanlah teguran yang ramah dan perjelaslah apa yang menjadi kesalahnnya serta berikanlah solusi dan jalan keluarnya.

Sungguh indah ternyata ajaran islam yang sesungguhnya, apabila semua muslim sanggup menjalankannya maka tidak akan pernah terjadi salah faham, perasaan tertekan dan disalahkan, permusuhan dan keributan dalam lingkungan kita karena islam mengajarkan pemeluknya untuk saling tolong menolong, saling menasihati dan saling menghargaisatu sama lain.

Nasihat itu bukan dari seorang ‘alim kepada yang jahil saja, bukan dari seorang guru kepada muridnya saja, bukan dari orang tua kepada anaknya saja dan bukan pula dari seorang pimpinan kepada bawahannya saja. Akan tetapi semua muslim wajib saling menasihati apabila menyaksikan saudaranya khilaf dan salah serta sebagai orang yang dinasihati kita harus dengan lapang dada dan terbuka menerima nasihat itu dan menyadari bahwa kita telah berbuat khilaf atau salah.

Orang ‘alim jangan tersinggung dan marah apabila orang bodoh menasihati kita, jika itu benar dan baik bagi kita.

Guru jangan tersinggung dan marah apabila seorang murid menasihati kita, jika itu benar dan baik bagi kita.

Orang tua jangan tersinggung dan marah apabila seorang anak menasihati kita, jika itu benar dan baik bagi kita.

Pimpinan jangan tersinggung dan marah apabila seorang bawahan menasihati kita, jika itu benar dan baik bagi kita.

Mari mulai dari diri kita dan mulai dari saat ini juga ….
Karena kita tidak tahu kapan ajal menjemput kita ….
Besokkah, lusakan, atau sekarang juga ….
Penyesalan itu selalu datang terlambat ….

Tidak ada komentar:

Posting Komentar