Senin, 19 Desember 2011

MATERI KHUTBAH BULAN SYA’BAN ALMU’ADZOM (Ujang Abdurrahman)

ﺍﻠﺤﻣﺩ ﷲ ﺍﻠﺫﻯ ﻻﺗﺩﺮﻛـﻪ ﺍﻠﻌﻴـﻮﻦ, ﻮﻻﺗﻤﺜـﻠﻪ ﺍﻠﻇـﻨﻮﻦ, ﻮﻻﺗﻠﺤـﻘﻪ ﺮﻴﺐ ﺍﻠﻤـﻨﻮﻦ
ﻮﺗــﺎﻫـﺖ ﻔﻰ ﻛـﻴـﻔـﻴـﺔ ﻋﻆﻤـﺗﻪ ﺍﻠﻌﺎﺮﻔﻮﻦ, ﻮﺗﺤﻴـﺮ ﻔﻰ ﺍﺰﻠﻴـﺗﻪ ﺍﻠﻤـﺗﻔﮑﺮﻮﻦ
ﻻﻴـــــﻘﺎﻞ ﺍﻴﻦ ﻛﺎﻦ ﻮﻻ ﻛـﻴﻒ ﻛــﺎﻦ ﻮﻻ ﺍﻴــﻦ ﻴـــــــﮑﻮﻦ

ﺍﺤــﻤﺪﻩ ﺴــﺒﺣﺎﻧﻪ ﻮﺗﻌﺎﻠﻰ ﻮﺍﺗﻮﺐ ﺍﻠــﻴﻪ ﻮﺍﺷـﮑﺮﻩ ﻮﻗﺪ ﻔــﺎﺰ ﺒﺸﮑﺮﻩ ﺍﻠﺷــﺎﻛﺮﻮﻦ
ﻮﺍﺸـــﻬﺪ ﺍﻦ ﻻ ﺍﻠﻪ ﺍﻻ ﺍﷲ ﻮﺤــﺪﻩ ﻻ ﺸــﺮﻴﻙ ﻠـﻪ ﺍﻠﻌﺎﻠﻢ ﺒﻤﺎ ﻛﺎﻦ ﻗﺒﻞ ﺍﻦ ﻴﮑــــﻭﻦ
ﻭﺍﺷﻬﺩ ﺍﻦ ﺳﻴﺩﻧﺎ ﻭﻧﺒﻴﻧﺎ ﻤﺤﻤﺩﺍ ﻋﺒﺩﻩ ﻭﺮﺳﻭﻟﻪ ﻧﺒﻲ ﺸﺭﻒ ﺒﻪ ﺍﻷﻧﺒﻳﺎﺀ ﻭﺍﻟﻤﺭﺳﻟﻭﻦ

ﺍﻟﻟﻬﻡ ﺼﻞ ﻭﺳﻟﻡ ﻭﺒﺎﺭﻙ ﻋﻟﻰ ﺳﻴﺩﻧﺎ ﻤﺤﻤﺩ ﻭﻋﻟﻰ ﺍﻟﻪ ﻭﺍﺼﺤﺎﺒﻪ
ﺼﻼﺓ ﻭﺴـﻼﻤـﺎ ﺩﺍﺌﻤــﻴﻦ ﻤﺗﻼﺰﻤـﻴﻦ ﺍﻠﻰ ﻴﻭﻢ ﻳﺑـﻌـﺜـﻭﻦ, ﻭﺴﻠـﻢ ﺗﺳـﻠﻳـﻤﺎ ﻛﺜــﻴﺮﺍ

٭ ﺍﻤــــﺎ ﺑـــﻌﺩ ٭


ﻔﻴـﺎ ﺍﻴـــﻬﺎ ﺍﻠﻧـﺎﺲ ﺍﺗـﻘـــﻮﺍ ﺍﷲ ﺣﻖ ﺗﻘـﺎﺗـﻪ ﻮﻻ ﺗﻤـﻮﺗـﻥ ﺍﻻ ﻮﺍﻧـﺗـﻢ ﻤﺴــﻠﻣـﻮﻥ

Saudara-saudara kaum muslimin yang berbahagia,
Pada saat yang membahagiakan ini marilah kita senantiasa meningkatkan kadar ketaqwaan kita kepada Alloh swt, dengan menumbuhkan kesungguhan dalam pribadi kita untuk senantiasa menta’ati segala perintah Alloh dan menjauhi serta meninggalkan apa yang menjadi larangan-larangan Alloh, sehingga kita benar-benar termasuk dalam golongan muttaqin yang selalu mendapat perlindungan dan keselamatan dari Alloh baik di dunia terlebih lagi di hari akhir kelak.

Sidang jum’ah yang berbahagia,
Hidup kita di dunia fana ini adalah berbilang hari, bulan dan tahun. Semua itu telah menjadi ketetapan Alloh Sang Maha Penetap segala hal, agar silih berganti mewarnai kehidupan kita di dalamnya. Alloh swt berfirman dalam S. Attaubah ayat 36 ;

A'uzubillahisami’il ‘alim minas Syaithonirrojiim,
Artinya : “Wallohu ‘alam warosuluhu bil murod”.

“ Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu, dan perangilah kaum musyrikin itu semuanya sebagaimana merekapun memerangi kamu semuanya, dan ketahuilah bahwasanya Allah beserta orang-orang yang bertakwa.”

Dari ayat tersebut kita dapat mengambil hikmah yang berkaitan dengan amaliah kita sehari-hari, diantaranya:
Bilangan bulan telah ditetapkan Alloh ada 12, angka 12 ini memiliki banyak rahasia yang terkandung di dalamnya.

Pertama, 12 merupakan arkanuddin (rukun agama). Tidak syah agama seseorang jika tidak merujuk pada rukun agama yang 12 ini, yaitu iman islam dan ihsan.

Iman ada 6 yaitu; iman kepada Alloh, Malaikat, Kutubul munazzal (kitab-kitab yang Alloh turunkan), para Rosul, hari akhir dan iman kepada qodho dan qodarnya Alloh swt, baik dan buruk sudah menjadi ketentuan Alloh. Islam ada 5 yaitu; syahadatain, sholat, zakat, shoum, dan pergi haji jika mampu. Dan ihsan adalah satu praktek yang meyakini bahwa kita beribadah sebagaimana kita melihat Alloh, dan jika tidak bisa melihat-Nya maka kita beribadah dengan keyakinan bahwa Alloh melihat dan menyaksikan setiap gerak langkah kita sebagai makhluk-Nya.

Kedua, 12 adalah tauhid kita yang dibawa sejak Nabi pertama (Nabi Adam as) sampai Nabi terakhir (Nabi Muhammad saw), yakni kalimah yang memiliki banyak sebutannya; ialah kalimah taqwa, kalimah islam, kalimah iman, kalimah ihsan, kalimah ikhlas, kalimah thoyyibah, kalimah adil, kalimah haq, ahsanu qaulan yaitu kalimah “laa ilaha illalloh”.

Jumlah huruf dalam kalimah ini ada 12 ; lam, alif, alif, lam, ha, alif, lam, alif, alif, lam, lam dan ha. Dengan kalimah inilah Allah swt menegakkan langit dan bumi, selama kalimah ini selalu ada dalam dunia maka tidak akan hancur dunia ini, selama kalimah ini tertanam dalam jiwa orang yang beriman maka tidak akan mati qolbunya, karena imannya akan selalu diperbaharui dengan menyebutnya. Namun, ketika dunia sudah kehilangan kalimah ini, orang-orang beriman sudah tiada lagi, semua manusia sudah melupakannya maka tinggallah menanti kehancuran yang akan terjadi di bumi ini.

Begitu juga 12 ini merupakan 12 kefardhuan bagi orang yang beriman yang terbagi menjadi 6 kefardhuan dzohir dan 6 kefardhuan bathin. 6 kefardhuan dzohir adalah; (1) thoharoh / bersuci, bersuci dari segala kotoran baik dzhohiriyyah / lahiriyyah maupun bathiniyyah (2) sholat yang merupakan nilai dalam ibadah, karena yang pertama kali dihisab dihari kiamat adalah sholat jika baik sholatnya, maka baiklah seluruh amalnya tapi jika rusak sholatnya maka rusak pulalah seluruh amalnya (3) zakat baik fitrah maupun maal, dengan berzakat maka kita telah membersihkan diri dan harta kita (4) shoum / puasa, menahan diri dari segala yang membatalkannya sejak terbit fajar sampai terbenam matahari dengan syarat-syarat yang telah ditentukan khusunya puasa wajib, seperti puasa romadhon dan puasa nadzar (5) haji bagi kita yang mampu dan kuasa untuk perginya ke Baitullah (6) jihad, berjuang di jalan Allah baik dengan harta atau dengan jiwa, baik jihad kecil seperti peperangan membela dinulloh atau jihad akbar yaitu jihad memerangi musuh yang tersembunyi yaitu hawa nafsu.

Dan 6 kefardhuan bathin adalah; (1) tawakkal / berserah diri kepada Allah atas segala urusan setelah berikhtiar sebelumnya (2) taqwidh atau pasrah kepada Alloh atas segala kehendak dan ketentuan-Nya (3) sabar yakni tidak mengeluh dalam menjalani tho’at, sabar yakni tabah ketika menerima musibah, sabar yakni menahan dan menguasai diri dari hal yang ma’siat (4) ridho / rela menerima qodho dan qodar Alloh baik yang baik menyenangkan maupun yang buruk tidak menyenangkan (5) juhud / mengosongkan diri dari keduniaan, artinya kita hidup di dunia tapi jangan terikat oleh dunia, jadikanlah prinsip hidup kita sebagaimana Rosululloh saw bersabda; “ jadikanlah hidupmu di dunia seperti orang yang mengembara atau sedang melakukan perjalanan jauh” yang harus menyiapkan bekal yang banyak buat pulang ke kampung keabadian atau ke tempat tujuan yaitu akhirat (6) taubat / kembali kepada Alloh setelah melakukan perbuatan ma’siat dan dosa dengan disertai penyesalan kemudian berjanji kepada Alloh untuk tidak kembali pada dosa tersebut.

Saudara-saudara kaum muslimin yang berbahagia,
Bilangan bulan yang 12 itu Alloh memilih 4 bulan yang disebut bulan harom artinya bulan yang diharamkan melakukan pelanggaran dan penganiayaan pada bulan-bulan tersebut seperti melakukan peperangan. Dalam Al-qur’an Rosulullah saw diajarkan oleh Allah swt tentang bulan haram ; “ Mereka bertanya kepadamu (Muhammad) tentang bulan harom, katakanlah berperang pada bulan itu adalah dosa besar”.

Bulan-bulan yang ditetapkan Alloh itu memiliki keunggulan dan keutamaan tersendiri, khususnya sekarang di bulan yang diagungkan ini yaitu bulan sya’ban Alloh swt memberikan keutamaan-keutamaan di dalamnya. Oleh karenanya kita perlu selalu bersyukur kepada Alloh atas limpahan rahmat, ni’mat dan karunian-Nya pada kita. Kita bersyukur Alloh masih memberikan panjang umur pada kita sehingga masih diberikan kesempatan untuk menginjakkan umur sampai bulan sya’ban yang agung ini. Diantara keagungan bulan sya’ban ini Alloh membuka pintu-pintu rahmat dan pintu-pintu kebajikan yang mesti kita ambil manfa’atnya untuk melakukan amalan-amalan sholeh.

Sebagaimana dalam riwayat Yahaya bin Mu’adz beliau berkata ;
“ Sesungguhnya dalam lafadz Sya’ban itu terdapat 5 huruf yaitu ; Syin, a’in, ba, alif dan nun dimana Alloh akan memberika setiap huruf kepada orang yang beriman.

Pertama syin, dengan syin Alloh akan memebrikan syarof dan syafa’at (kemuliaan dan pertolongan). Kedua ‘ain, dengan ‘ain Alloh akan memberikan ‘izzah dan karomah (keperkasaan dan kemuliaan). Ketiga ba, dengan ba Alloh akan memberikan birr (kebaikan). Keempat alif dengan alif Alloh akan memberikan ulfah (kelemah lembutan). Kelima nun, dengan nun Alloh akan memberikan nuur (cahaya).

Ingat, kelima pemberian ini hanya diperuntukkan khusus bagi orang yang beriman sedangkan yang tidak beriman jangan berbangga diri akan mendapatkannya. Pun pula yang disebut dengan orang beriman itu adalah termaktub dalam Al-Qur’an Surah Al-anfaal ayat 2 ;

A'uzubillahisami’il ‘alim minas Syaithonirrojiim,
Artinya ; “Wallohu ‘alam warosuluhu bil murod”.

“ Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Alloh gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal. (yaitu) orang-orang yang mendirikan sholat dan yang menafkahkan sebagian dari rezki yang Kami berikan kepada mereka. Itulah orang-orang yang beriman dengan sebenar-benarnya. Mereka akan memperoleh beberapa derajat ketinggian di sisi Tuhannya dan ampunan serta rezki (nikmat) yang mulia.”

Setelah mengkaji firman Alloh tersebut, sudahkah kita bertafakkur dan merenungkan dengan akal pikiran kita, apakah kita sudah tergolong ke dalam kelompok orang beriman atau belum atau sama sekali tidak. Setiap hal itu memiliki ciri dan identitas, pun pula orang beriman memiliki ciri dan identitas sebagaimana tersebut tadi. Sungguh celaka jikalau kita merasa sebagai orang yang beriman tapi kita tidak memperhatikan dan mencocokkan sikap dan prilaku kita dengan firman Alloh tadi. Al-qur’an adalah cermin yang senantiasa bersih dan cemerlang dimana setiap manusia bisa melihat bentuk aslinya pada cermin itu, kemudian apabila di anggota orang yang bercermin terlihat kotoran saat bercermin, lalu manakah yang harus dibersihkan cerminnya atau anggota tubuhnya., tentunya salah besar kalau menyalahkan dan mengganti cermin tersebut karena jalan yang tepat adalah berintrosfeksi diri, bersihkanlah kotoran yang berada dalam anggota tubuh kita, setelah bersih lalu bercerminlah kembali maka pasti dalam cermin tersebut akan nampaklah wujud kita yang bersih karena kita telah memperbaiki diri dengan menghilangkan kotoran pada tubuh kita.

Apabila kotoran itu telah bersih dari anggota kita maka insya Alloh kita akan mendapat pemberian Alloh yang dikatakan oleh Yahya bin Mu’adz, kita akan mendapat kemuliaan dan syafaat, kita akan mendapat keperkasaan, kita akan mendapat kebaikan, kita akan mendapat kelemah lembutan, dan kita akan mendapatkan nuur atau cahaya, cahaya itu adalah cahaya yang bisa menerangi perjalanan hidup, cahaya yang bisa menerangi kegelapan bathin ini, cahaya yang mampu memberikan ketentraman dalam jiwa ini, tiada lain cahaya itu adalah cahaya ilmu dan cahaya dzikir. Sebagaimana dikatakan ; “ ilmu itu adalah cahaya” dan dalam maqolah lain dikatakan ; “ terangilah rumah-rumah kamu dengan (cahaya) dzikir“.

Merujuk apa yang dikatakan oleh Yahya bin Mu’adz, maka dikatakan pula ;

“ Bulan rojab ialah bulan untuk mensucikan badan, bulan sya’ban untuk mensucikan qolbu (hati) dan bulan romadhon untuk mensucikan ruh. Barang siapa yang mensucikan badannya di bulan rojab maka ia akan mensucikan qolbu (hati) nya di bulan sya’ban, dan barang siapa yang mensucikan qolbu (hati) nya di bulan sya’ban maka ia akan mensucikan ruhnya pada bulan romadhon. Tapi jika tidak mensucikan badannya di bulan rojab dan tidak mensucikan qolbu (hati) nya di bulan sya’ban maka bagaimana bisa mensucikan ruh di bulan romadhon nanti”.

Kita tentunya memiliki berbagai cara untuk membersihkan badan ini, Kemudian bagaimana cara untuk mensucikan qolbu (hati), apa yang harus dilakukan agar qolbu (hati) ini bersih?

Qolbu (hati) ini perlu dibersihkan karena padanya terdapat banyak kotoran yang berbentuk sifat-sifat dan perangai tercela dalam keseharian kita, seperti; hasud (dengki), takabur (sombong), riya, sum’ah, thoma’, rakus dan lainnya, kesemuanya itu adalah kotoran hati yang akan menjadi penyakit yang sulit disembuhkan setelah lama berkarat dalam hati kita yang akan menyebabkan hati kita menjadi keras dan tidak mau menerima nasehat-nasehat. Oleh karenanya Nabi Muhammad saw mengibaratkan bahwasanya hati itu kotor seperti berkaratnya besi, jika sudah terlalu berkarat maka susah untuk dibersihkan kembali ke wajah semula.

Jika kita berbuat dosa atau ma’siat satu kali saja maka dosa atau ma’siat tersebut akan menjadi satu titik hitam, jika terus berdosa maka akan terus bertambah titik hitam itu sehingga akan mengotori kebersihan hati kita dan berkarat dan sulit untuk dibersihkan oleh alat-alat pembersih yang biasa. Untuk kotoran sejenis ini maka dibutuhkan pembersih yang andalan, tiada lain alat pembersih tersebut adalah dzikrullah. Sebagaimana diungkapkan dalam kitab Jami’ul Al-ushul Alauliyaai hal 90, bahwasanya Nabi saw bersabda ;

ﻠﻛــﻝ ﺷــﻴﺌﻰ ﺴــﻘﺎﻞ ﻮﺴـــﻘﺎﻞ ﺍﻠـﻘـﻠـﻮﺐ ﺫﻛــﺮ ﺍﷲ
“ Setiap sesuatu itu ada pembersihnya dan pembersih hati itu adalah dzikrullah ”.

Adapun cara yang bisa dilakukan untuk berdzikir itu bisa dengan lisan dengan mengucapkan kalimah-kalimah thoyyibah seperti dengan mengucapkan kalimah tasbih, tahmid, takbir tahlil dan sebagainya, bisa juga berdzikir dengan hati, dengan cara mengingat Alloh terus menerus tanpa putus, merasakan bahwa Alloh itu hadir dan memperhatikan seluruh gerak-gerik yang dilakukannya setiap saat, sehingga dia menjaga prilakunya dari berbuat dosa. Adapun dari dzikir ini Alloh telah memilih satu kalimah dzikir yang paling utama, telah memberika metoda dan caranya yang untuk mengetahuinya hanya bisa ditanyakan dan dipinta dari seorang ahli, sebagaimana Alloh terangkan dalam Al-Qur’an Surah An-Nahl : 43 ; yang artinya wallohu ‘alamu bilmurod,

“ Dan Kami tidak mengutus sebelum kamu, kecuali orang-orang lelaki yang Kami beri wahyu kepada mereka; maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan (ahli dzikir) jika kamu tidak mengetahui”.

Semakin banyak kita berdzikir dan mengingat Alloh maka akan semakin bersih pulalah hati ini, sebagaimana kaca kotor yang terus dibersihkan. Dan kalau hati kita sudah bersih berarti kita sudah siap untuk masuk ke tahap berikutnya yaitu pembersihan ruh di bulan suci romadhon.

Dan oleh karena itu telah berkata sebagian ahli hikmah (kitab dzurrotunnasihin hal 208) ;

ﺍﻥ ﺮﺠﺐ ﻠﻺ ﺴــﺗﻐـﻔـﺎﺮ ﻤﻥ ﺍﻠـﺫﻧـﻮﺐ ﻮﺸـﻌـﺒﺎﻥ ﻹﺼﻼﺡ ﺍﻠﻗـﻠﺐ ﻤﻥﺍﻠﻌـﻳﻮﺐ
ﻮﺮﻤـﻀـــﺎﻥ ﻠـﺗـﻨـﻮﻴﺮﺍﻠــﻘـﻠـﻮﺐ ﻮﻠـــﻴـﻠـﺔ ﺍﻠـﻘـﺪﺮ ﻠﻠــﺗـﻘـﺮﺐ ﺇﻠﻰ ﺍﷲ ﺗـﻌـﺎﻠﻰ

“ Sesungguhnya bulan rojab untuk memohon ampunan dari segala dosa, dan bulan sya’ban untuk memperbaiki qolbu dan bulan romadhon untuk memberikan cahaya pada hati dan malam lailatul qodar untuk mendekatkan diri (bertaqorrub) kepada Alloh swt ”.

Marilah kita senantiasa bertafakur dan berintrospeksi diri, untuk mencocokkan dan menyesuaikan pribadi kita dengan pedoman hidup kita yaitu Al-Qur’anul kariim. Dan marilah kita terus berusaha untuk membersihkan hati ini sehingga bisa fitrah kembali, yang pada nantinya akan terwujud ketentraman, kenyamanan dan keselamatan hidup di dunia dan di akhirat.

A'uzubillahi minas Syaithonirrojiim
Artinya : "Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa ”. (Ali Imran ; 33)

ﺒـﺎﺮﻙ ﺍﷲ ﻠﻰ ﻮﻠـﮑﻢ ﻓﻰ ﺍﻠﻗﺮﺍﻦ ﺍﻠﻌﻅﻳﻡ, ﻮﻧﻔﻌﻧﻰ ﻮﺍﻳــﺎﻛﻢ ﺒﻤﺎ ﻓـﻳـﻪ ﻤﻦ ﺍﻷﻳـﺎﺖ
ﻮﺍﻠـﺫﻛــﺮ ﺍﻠﺤﮑـﻳـﻢ, ﻮﺗـﻘـﺒـﻞ ﺍﷲ ﻤﻧﻰ ﻮﻤﻧـﮑﻢ ﺗـﻼﻮﺗﻪ ﺍﻧـﻪ ﻫــﻮ ﺍﻠﺴﻤﻴﻊ ﺍﻠﻌﻠﻴﻡ,
ﺍﻗــﻮﻝ ﻗـﻮﻝ ﻫـﺫﺍ ﻮﺍﺴﺗﻐﻔﺮ ﺍﷲ ﺍﻠﻌﻇﻳﻢ ﻠﻰ ﻮﻠﮑﻢ ﻮﻠﺴﺎﺌﺮ ﺍﻠﻣﺴﻠﻣﻳﻦ ﻮﺍﻠﻣﺴﻠﻣﺎﺕ ﻮﺍﻠـﻣﺅﻣـﻨـﻳـﻦ ﻮﺍﻠــﻣـﺅﻣـﻨﺎﺕ
ﻔـﺎ ﺴــﺗﻐـﻔـﺮﻭﻩ ﺍﻨــﻪ ﻫــﻮ ﺍﻠـﻐـﻓـــﻮﺮ ﺍﻠﺮﺣـــﻴــﻡ

1 komentar: